Selasa, 02 November 2010

Asuhan Keperawatan Glukoma

Glukoma merupakan penyebab kebutaan kedua paling sering dinegara-negara industri. Menempati peringkat pertama penyebab kebutaan keturunan Amerika – Afrika. Insidennya sebesar 10% pada mereka yang melebihi 80 tahun (Ignatavicius, 1995). Menurut Margolis dan Schachat, 1998, diperkirakan sedikitnya 2 juta warga Amerika menderita glukoma.

Definisi

Glukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh tekanan bola mata yang meningkat, ekskavasi dan atropi papil saraf optik serta kerusakan lapang pandang yang khas (Radjamin, 1984)

Patofisiologi

Tekanan intra okuli dipertahankan melalui mekanisme keseimbangan produksi dan pembuangan akuos humor. Peningkatan tekanan intraokuli disebabkan karena adanya peningkatan produksi ataupun adanya hambatan pembuangan akuos humor. Tekanan intraokuli yang tinggi selanjutnya menekan aliran darah terhadap retina dan saraf optik sehingga menyebabkan iskemia dan mati. Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak ke arah fovea sentralis. Bila tidak ditangani segera glukoma berakhir dengan kebutaan (Ignatavicius, 1995).

Teori terbaru menjelaskan bahwa terjadinya kerusakan sel saraf pada retina disebabkan oleh karena tingginya asam amino glutamat yang ditemukan meningkat pada penderita glukoma. Zat ini berfungsi merangsang sel saraf mengirimkan sinyal ke otak. Pada kadar toksik zat tersebut menyebabkan overstimulasi sehingga menyebabkan kerusakan seluler.

Stadium Glukoma

Tanpa memandang penyebab kerusakannya, perubahan-perubahan pada glukosa berkembang yang dapat dilihat secara jelas melalui stadium-stadium sbb :

a. Kejadian awal (initiating events) Faktor presipitasi seperti adanya sudut yg sempit, stess emosional, penggunaan kortikosteroid yang lama atau medriatik

b. Perubahan struktur di dalam sistem pembuangan akuos humor (Structural alteration in the aqueos outflow sistem) Perubahan-perubahan jaringan dan kondisi-kondisiseperti perubahan-perubahan seluler yang disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran akuos humor

c. Perubahan fungsi (Fungtional alteration) Kondisi-kondisi spt TIO yang meningkat dan gangguan aliran darah

d. Kerusakan saraf optik (Optic nerve damage) Atropi saraf optik yang ditandai kehilangan serabut saraf dan suplai darah

e. Kehilangan penglihatan (visual loss)

Klasifikasi dan Etiologi Glukoma

Glukoma diklasifikasikan menjadi 3 golongan, yaitu glukoma primer, sekunder dan kongenital (Radjamin dkk, 1985). Glukoma Primer Klasifikasi golongan ini didasarkan gonioskopi. Penyebabnya tidak diketahui. Ada dua macam yaitu :
a. Glukoma sudut bilik mata depan tertutup disebut juga acute congestive glucoma.
b. Glukoma sudut bilik mata depan terbuka disebut juga dengan chronic simple glucoma.

Glukoma Sekunder adalah Glukoma yang disebabkan oleh penyakit lain dalam bola mata. Penggolongan ini didasarkan atas anatomi mata.
a. Karena kelainan lensa - luksasi - pembengkaan (intumesen) - fakolitik
b. Karena kelainan uvea - uveitis - tumor
c. Karena trauma - hifema - perforasi kornea dan prolap iris
d. Karena pembedahan - bilik mata yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan katarak e. lain-lain - rubeosis iris - Penggunaan kortikosteroid topikal berlebihan

Glukoma kongenital Disebut juga glukoma infantil.

Glukoma absolut Keadaan akhir suatu glukoma dimana kebutaan total telah terjadi dan bola mata sering terasa nyeri.

Penatalaksanaan Prinsip penatalaksanaan glukoma primer sudut tertutup meliputi :
1. Menurunkan TIO dengan segera

a. Hiperosmotik
tekanan osmose plasma meningkat sehingga menarik cairan dari dalam mata - Gliserin 1 – 1.5 ml/kgBB dalambentuk 50 % larutan diminum sekaligus - Bila sukar diminum karena mual/muntah, ganti dg pemberian manitol 1 – 2 gr/kgBB 20 % dalam infus dg kecepatan 60 tts/mnt. Bila TIO mencapai normal dosis ini tidak perlu dihabiskan

b. Acetazolamide
menekan akuos Langsung diberi 500 mg peroral dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam. Bila mual/muntah dapat diberikan secara IV dg dosis 500 mg

c. Beta adrenergik antagonis
menekan produksi akuos Timolol maleat 0,25 – 0,5 % tetes 2x/hari

2. Membuka sudut yang tertutup

a. Miotikum
iris tertarik dan menjauh dari tabekula sehingga sudut terbuka - pilokarpin 2 – 4 % tetes 3 – 6 jam, diberi bila sudah ada tanda-tanda penurunan TIO - tidak dianjurkan frekuensi pilokarpin yang banyak karena dapat menimbulkan krisis kolinergik

b. Acetazolamide
akuos dibilik mata belakang berkurang sehingga tekanan dibilik mata depan lebih tinggi daripada bilik mata belakang. Hal ini berakibat iris terdorong kebelakang sehingga sudut mata akan terbuka (bila belum ada perlengketan)

Memberi suportif dengan mengurangi nyeri, mual/muntah dan reaksi radang ; Pethidin untuk nyeri, antiemetik untuk muntah dan kortikosteroid topikal untuk reaksi radang

Mencegah sudut tertutup ulang Iridektomi perifer dilakukan untuk mencegah cetusan ulang yg menimbulkan blok pupil. Dengan adanya iridektomi akuos humor tetap bila mengalir meskipun terjadi blok pupil.

Mencegah sudut tertutup pada mata jiran (fellow eye) Karena adanya kesamaan anatomi, kemungkinan mata sebelah mengalami serangan glukoma cukup besar. Oleh karena itu saat serangan akut pada mata yang sakit, mata jiran diberi pilokarpin 2 % tiap 6 jam sambil disiapkan iridektomi perifer

Sedangkan untuk glukoma primer sudut terbuka adalah mencegah progresifitas papil dengan menurunkan TIO dengan cara : Pemakaian obat-obatan merupakan pilihan utama Obat-obat yg digunakan antara lain :
a. pilokarpin 1 – 2 % 4x/hr
b. Timolol maleat 0.24 – 0.5 % 2x/hr
c. Aetazolamide 3 x 250 mg
Bila TIO masih tinggi pilihan kedua adalah Aplikasi LASER pada jaring trabekula
Bila belum berhasil juga, maka dilakukan Bedah filtrasiPilihan terakhir adalah menghambat badan silier dengan Aplikasi krio atau LASER

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLUKOMA

Pengkajian Riwayat

Glukoma lebih banyak ditemukan pada usia di atas 40 tahun terutama untuk Glukoma sudut terbuka. - Pada Glukoma sudut tertutup didapatkan gejala-gejala nyeri hebat yang mendadak pada mata dan sekitarnya. Mata sangat kabur dan melihat warna seperti pelangi (halo) disekitar lampu. Mual, muntah, berkeringat. - Pada Glukoma sudut terbuka terdapat riwayat bayangan gelap pada lapang pandang sehingga keaktifan sehari-hari mulai tergannggu. Berjalan lebih hati-hati karena sering tersenggol. Tidak ada keluhan nyeri mata dan gangguan tajam penglihatan. - Pada glukoma sekunde klien sering mengeluh nyeri dan tanda-tanda spesifik lain, tergantung penyebab dari penyakit mata. - Faktor Predisposisi al : · Penyakit keturunan · Diabetes · Hipertensi · Miopia berat · Ablasio retina · Oklusi vena retina sentral Glukoma sekunder berhubungan dengan : · trauma · riwayat penyakit okuler : iritis, gangguan neovaskuler, tumor. Penyakit degeneratif

Pemeriksaan fisik

Manifestasi klinik : Pada Glukoma sudut tertutup didapatkan Visus sangat menurun, mata merah, hiperemi konjungtiva dan silier. Dengan lampu senter yang terang akan tampak COA dangkal, pupil lebar lonjong dan tidak ada reflek terhadap cahaya, dengan tonometer Schiotz TIO sangat tinggi (hingga 45 – 75 mmHg). Dengan gonioskopi terlihat sudut mata tertutup. Pada Glukoma sudut terbuka didapatkan visus sentral baik (kecuali stadium lanjut). Tidak ada hiperemi konjungtiva dan silier. Kornea jernih, COA dalam, pupil normal. Dengan pemeriksaan funduskopi dijumpai penggaungan pada pupil (dinyatakan dengan C/D ratio). Pada pemeriksaan tonometri TIO 21 mmHg, Lapang pandang pada stadium dini dijumpai skotoma daerah superior, sedangkan stadium lanjut skotoma luas, lapang pandang sempit. Dengan pemeriksaan gonioskopi tampak sudut bilik mata depan terbuka.

Analisa Data

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus glukoma adalah :
1. Nyeri s.d. peningkatan TIO
2. Gangguan persepsi sensori (visual) s.d. edema kornea, penurunan tajam penglihatan, kerusakan saraf optik
3. Resiko tinggi injuri s.d penyempitan luas lapang pandang
4. Resiko terjadinya kebutaan s.d. kerusakan saraf optik sekunder terhadap peningkatan TIO
5. Takut/cemas s.d. tindakan operasi
6. Defisit perawatan diri s.d. penurunan visus
7. Defisit pengetahuan s.d. kurangnya informasi

Intervensi dan Implementasi

Berikut ini 2 contoh rencana keperawatan pada pasien katarak`.
1. Diagnosa : Nyeri s.d. peningkatan TIO

Tujuan : Klien akan menunjukkan nyeri berkurang Kriteria keberhasilan : - Klien mampu mengidentifikasi sumber-sumber nyeri - Klien mampu mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan dan menurunkan nyeri - Klien akan menyatakan penurunan nyeri yang progresif dan nyeri hilang setelah intervensi - Klien mendemonstrasikan berkurangnya ketidaknyamanan mata, klien tidak merintih, ekspresi wajah rileks - Klien menunjukkan penurunan TIO - Klien menunjukkan periode tidur yang tidak terganggu

Tindakan keperawatan :
1. Kaji jenis, intensitas dan lokasi nyeri, waspadai peningkatan TIO
2. Lakukan tindakan penghilang nyeri non invasif dan non farmakologis - Posisikan kepala 30 derajat - Latihan relaksasi - Ajari tehnik distraksi
3. Monitor tanda-tanda nyeri, ekspresi wajah, perubahan pola tidur
4. Hindarkan pasien dari ruang yang gelap
5. Kelolah obat-obatan sesuai resep dokter a.l. : - Gliserin, manitol untuk meningkatkan pembuangan akuos humor - Acetazolamid untuk menghambat produksi akuos humor - Beta adrenergik antagonis untuk menghambat produksi akuos humor - Miotik membuka sudut bilik mata depan - Pethidin untuk mengurangi nyeri

2. Diagnosa : Resiko tinggi cidera s.d penyempitan luas lapang pandang

Tujuan : klien akan dapat menghindari sidera Kreteria keberhasilan : - Klien mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan cidera - Klien akan mengungkapkan suatu keinginan untuk melakukan tindakan pengamanan sehingga mencegah cidera

Tindakan keperawatan :
1. Kaji lapang pandang kedua mata klien
2. Lakukan modifikasi lingkungan untuk memindahkan semua bahaya - Singkirkan rintangan dari tempat lalu lalang
3. Latakkan benda-benda termasuk bel pemanggil dimana klien dapat menjangkaunya
4. Letakkan alat bantu ambulasi dimana klien dapat melihat dan menjangkaunya dengan mudah

Evaluasi

Perkembangan pasien dg Konjungtivitis Go dievaluasi sesuai dg kriteria dan standar yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan. __________

Referensi :
Ignatavicius, Donna D., Workman, M. Linda, Mishler, Mary A., Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach, WB Saunder Company, Philadelphia, Pensylvania, 1995

Radjamin, Tamin, Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, Universitas Airlangga Press, Surabaya, 1984

Suetzer, Suzanne C. et all, Text Book of Medical – Surgical Nursing, 1998

Aminoe dkk, 1994, Pedoman Diagnosis dan terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit Mata, RS UD Dr. Soetomo, Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar