Senin, 29 November 2010

Asuhan Keperawatan Gagal Jantung Kongestif

Definisi
Gagal jantung kongestif (Congestive Heart Failure/CHF) adalah kondisi dimana fungsi jantung sebagai pemompa tidak adekuat untuk mendistribusikan darah yang banyak mengandung oksigen ke seluruh tubuh. Dikenal juga dengan istilah dekompensasi kordis.

Penyebab
Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh: 1) penyakit-penyakit yang melemahkan otot jantung, 2) penyakit-penyakit yang kekakuan otot-otot jantung, 3) penyakit-penyakit yang meningkatkan kebutuhan jaringan tubuh akan oksigen diluar batas kemampuan jantung.

Patofisiologi
Jantung yang normal dapat berespons terhadap peningkatan kebutuhan metabolisme yang menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk mempertahankan kardiak output. Ini mungkin meliputi: respons sistem syaraf simpatetik terhadap baro reseptor atau kemoreseptor, pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuikan terhadap peningkatan volume, vasokonstyrinksi arteri renal dan aktivasi sistem renin angiotensin serta respon terhadap serum-serum sodium dan regulasi ADH dari reabsorbsi cairan.

Kegagalan mekanisme kompensasi di percepat oleh adanya volume darah sirkulasi yang di pompakan untuk menentang peningkatan resisitensi vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek waktu pengisian ventrikel dan arteri koronaria, menurunnya kardiak ouput menyebabkan berkurangnya oksigenasi pada miokard.

Peningkatan tekanan dinding pembuluh darah akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tunutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertropi) terutama pada jantung iskemik atau kerusakan, yang menyebabkan kegagalan mekanisme pemompaan.

Klasifikasi
Menurut NYHA (New York Heart Association), CHF diklasifikasikan dalam 4 tingkatan yaitu:
Class I : Timbul gejala bila melakukan aktivitas berlebihan
Class II : Timbul gejala saat aktivitas biasa
Class III : Timbul gejala hanya dengan melakukan aktivitas minimal
Class IIIa : Tidak ada dispnea saat istirahat
Class IIIb : Timbul dispnea saat istirahat
Class IV : Gejala timbul meskipun dalam kondisi istirahat

Pengkajian Keperawatan

Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).

Sirkulasi
Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes melitus. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia. Suara jantung , suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia). Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal. Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung. Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.

Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.Menghapus Format dari bidang pilihan

Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan berat badan.

Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan

Neorusensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.

Kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah. Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.

Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.

Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.

Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.

Studi diagnostik
ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dari iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis atau akut.
Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikuler.
Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.

Diagnosa Keperawatan dan Rencana Tindakan

Diagnosa 1: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penuruna tekanan dan cara berelaksasi.
Rencana:
1. Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.
2. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran).
3. Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
4. Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman.
5. Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi.
6. Kolaborasi dalam:
- Pemberian oksigen.
- Obat-obatan (beta blocker, anti angina, analgesic)
7. Ukur tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan dengan narkosa.

Diagnosa 2: Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunnjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.
Rencana:
1. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas.
2. Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
3. Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
4. Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
5. Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisiki bahwa aktivitas melebihi batas.

Diagnosa 3: Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.
Tujuan: tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan tindakan keperawatan.
Rencana:
1. Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan).
2. Kaji kualitas nadi.
3. Catat perkembangan dari adanya S3 dan S4.
4. Auskultasi suara nafas.
5. Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.
6. Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
7. Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti
disritmia.

Diagnosa 4: Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah, hipovolemia.
Tujuan: selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi jaringan.
Rencana:
1. Kaji adanya perubahan kesadaran.
2. Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan penurunan kualitas nadi perifer.
3. Kaji adanya tanda Homans (pain in calf on dorsoflextion), erythema, edema.
4. Kaji respirasi (irama, kedalam dan usaha pernafasan).
5. Kaji fungsi gastrointestinal (bising usus, abdominal distensi, constipasi).
6. Monitor intake dan out put.
7. Kolaborasi dalam: Pemeriksaan ABG, BUN, Serum ceratinin dan elektrolit.

Diagnosa 5: Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma protein.
Tujuan: tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh klien selama dalam perawatan.
Rencana:
1. Auskultasi suar nafas (kaji adanya crackless).
2. Kaji adanya jugular vein distension, peningkatan terjadinya edema.
3. Ukur intake dan output (balance cairan).
4. Kaji berat badan setiap hari.
5. Najurkan pada pasien untuk mengkonsumsi total cairan maksimal 2000 cc/24 jam.
6. Sajikan makan dengan diet rendah garam.
7. Kolaborasi dalam pemberian deuritika.
Baca Selengkapnya...

Senin, 22 November 2010

Pengumunan 4

Bagi mahasiswa yang praktek di RSUP Sanglah Bali mulai hari senin, 22 Nopember 2010 diberitahukan bahwa pembimbing yang akan datang mendampingi pembukaan adalah Bpk. Supono, S.Kep., Ns, M.Kep., Sp.MB. Bagi kelompok yang belum menjalani Ujian (PPK) di departemen KMB diusahakan agar menjalani ujian PK PKB II dengan pembimbing berikutnya yaitu Bpk. Yunus dari Prodi Blitar. Pembimbin akan datang kira-kira hari sabtu tanggal 4 Desember 2010 untuk menguji selanjutnya hari senin, 6 Desember 2010 akan menyerahkan kelompok selanjutnya yang akan praktek. Demikian pengumuman ini dibuat, bila ada perubahan akan segera dilakukan pengumuman berikutnya.

Perlu kami tambahkan bahwa selama menjalani praktek di RSUP Sanglah Bali pembimbing adalah orang ruangan.
Baca Selengkapnya...

Selasa, 16 November 2010

Asuhan Keperawatan Pasien Low Back Pain

A. Pendahuluan
Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah (Low Back Pain). Keterbatasan akibat masalah ini cukup berat. Secara ekonomis, penderita kehilangan produktivitasnya, mencapai milyaran rupiah. Jumlah kunjungan ke dokter menempati urutan ke dua setelah masalah pernafasan.

B. Etiologi
Penyebab nyeri punggung yang berhubungan dengan sistem muskuloskeletal antara lain :
1. Regangan lumbosakral akut
2. Ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot
3. Osteoartritis tulang belakang
4. Masalah diskus intervertebralis
5. Ketidaksamaan panjang tungkai
6. Pada orang lansia bisa disebabkan oleh fraktur osteoporosis atau metastase tulang

C. Pengkajian
Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung akut atau kronis dan kelemahan. Kaji awal, lokasi nyeri, sifat nyeri, dan penyebarannya (konsep PQRST). Nyeri masalah muskuloskeletal biasanya bertambah dengan aktivitas.
Evaluasi cara berjalan klien, mobilitas tulang belakang, panjang tungkai, kekuatan motoris, dan persepsi sensoris. Peninggian tungkai dalam keadaan lurus yang mengakibatkan nyeri manandakan iritasi serabut saraf.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan spasme otot paravertebralis dan nyeri tekan pada otot paraspinal, disertai hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal dan mungkin ada deformitas tulang belakang. Adanya nyeri punggung akan menyebabkan keterbatasan gerak yang pada gilirannya menyebabkan gangguan dalam aktivitas klien. Bila pasien dalam keadaan telungkup, otot paraspinal akan relaksasi, dan deformitas tulang yang diakibatkan oleh spasme akan menghilang.
Kaji adanya kecemasan dan stress, karena nyeri punggung bisa merupakan manifestasi depresi atau reaksi terhadap stressor lingkungan dan kehidupan. Kaji juga adanya obesitas karena dapat menyebabkan n yeri punggung bawah.

D. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama klien meliputi :
1. Nyeri yang masalah muskuloskeletal
2. Kerusakan mobilitas fisik s.d. nyeri, spasme oto dan berkurangnya kelenturan
3. Kurang pengetahuan
4. Perubahan kinerja peran s.d. gangguan mobilitas atau nyeri kronik
5. Gangguan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh s.d obesitas

E. Intervensi dan Implementasi
Sasaran uatama klien meliputi :
1. Hilangnya nyeri
2. Perbaikan mobilitas fisik
3. Penggunaan tehnik mekanika tubuh melindungi tubuh
4. Perbaikan kinerja psien
5. Penurunan BB

Intervensi Keperawatan
1. Meredakan Nyeri
a. Dorong klien mematuhi tirah baringdan mengubah posisi yang ditentukan untuk memperbaiki fleksi lumbal
b. Ajari klien mengontrol dan menyesuaikan nyeri yang dirasakan melalui terapi tingkah laku untuk mengurangi ketegangan otot dan psikologis, spt pernafasan diafragma, relaksasi, mengalihkan perhatian klien pada aktivitas lain (mis. Membaca, bercakap-cakap, menonton TV), imajinasi terbimbing.
c. Masase jaringan lunak dengan lembut untuk mengurangi spasme otot, memperbaiki peredaran darah, mengurangi pembendungan dan nyeri
d. Berikan obat-oabt analgetik, kaji respon klien setiap pemberian obat-obatan.
e. Rujuk kepada fisioterapis untuk terapi TENS. Secara umum alat ini digunakan selama 1-2 bulan.

2. Memperbaiki mobilitas Fisik
a. Pantau mobilitas fisik klien, kaji bagaimana klien bergerak dan berdiri
b. Bantu klien melakukan perubahan posisi dengan perlahan
c. Ajari klien turun dari tempat tidurpada posisi yang menimbulkan nyeri minimal.
d. Hindarkan terjadinya gerakan memutar dan melenggok.
e. Dorong pasien untuk berganti-ganti aktivitas berbaring, duduk, berdiri dan berjalan dan sebaliknya dalam waktu yang lama
f. Rencanakan periode istirahat berbaring di TT beberapa kli sehari untuk meminimalkan stress pada punggung
g. Dorong klien mematuhi program latihan sesuai dengan yang telah ditentukan (dua kali sehari). Tingkatkan secara bertahap
h. Berikan kesempatan klien untuk melakukan aktivitas rekreasi untuk mengganti latihan khusus tetapi jangan sampai menyebabkan tegangan, puntiran atau ketidaknyamanan punggung.

3. Meningkatkan mekanika tubuh yang tepat
a. Ajari klien berdiri, duduk, berbaring dan mengangkat barang dengan benar
b. Hindarkan klien mengenakan sepatu bertumit tinggi
c. Hindarkan klien berdiri yang terlalu lama, beritahu klien agar menjaga postur tubuh yang benar saat berdiri untuk menghindari lordosis lumbal
d. Ajari klien berjongkok dengan benar, lutut dan pinggul harus menekuk da lutut harus sama atau lebih tinggi dari pinggul untuk meminimalkan lordosis
e. Tidurkan klien dalam posisi miringdengan lutut dan pinggul ditekuk atau telentang dengan lutut dan pinggul ditekuk, atau telentang dg lutut disangga dalam dalam posisi fleksi. Hindarkan tidur telentang
f. Instruksikan klien cara mengangkat benda yang benar, yaitu menggunakan otot kuadrisep yang kuat dan otot punggung yang minimal.
g. Anjurkan klien menggunakan korset bila perlu saat mengangkat
h. Hindarkan klien mengangkat barang 1/3 berat badannya tanpa bantuan

4. Memperbaiki kinerja peran
a. Peran klien berubah sejak awitan terjadinya nyeri punggung. Bantu klien menghadapi stressor spesifik dan belajar bagaimana mengatasi stress. Sekali pasien berhasil akan mengambangkan percaya diri dalam kemampuannya mengatasi situasi stress yang lain.
b. Bantu klien dan keluarga terhadap pemahaman ketergantungan, bantu klien mengidentifikasi terjadinya ketergantungan
c. Bantu klien untuk kembali ke kehidupan produktif penuh

5. Mengubah nurisi untuk penurunan BB
Prinsipnya : diet sehingga BB menurun karena obesitas dapat menyebabkan ketegangan punggung.

F. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Mengalami peredaan nyeri
a. Istirahat dengan nyaman
b. Mengubah posisi dengan nyaman
c. Mengalami peredaan nyeri melalui penggunaan modalitas fisik, tehnik psikologis dan meditasi
d. Menghindari ketergantungan obat

2. Menunjuknya kembalinya mobilitas fisik
a.Kembali aktivitas secara bertahap
b.Menghindari nyeri yang menyebabkan ketidaknyamanan dan spasme otot
c.Merencanakan istirahat baring sepanjang hari

3. Menunjukkan mekanika tubuh yang memelihara punggung
a. Perbaikan postur
b. Mengganti posisi sendiri untuk meminimalkan stress ada punggung
c. Memperlihatkan penggunaan mekanika tubuh yang baik
d. Berpartisipasi dalam program latihan

4. Kembali ke TJ yang berhubungan dengan peran
a. Menggunakan tehnik menghadapi masalah untuk menyesuaikan diri dengan situasi tsress
b. Memperlihatkan berkurangnya ketergantungan kepada orang lain untuk perawatan diri
c. Kembali ke pekerjaan bila nyeri punggung bawah telah sembuh
d. Kembali ke gaya hisup produktif penuh

5. Mencapai BB yang diinginkan
a. Mengidentifikasi perlunya penurunan BB
b. Berpartisipasi dalam pengembangan rencana penurunan BB
c. Setia dengan proram penurunan BB
Baca Selengkapnya...

Senin, 15 November 2010

Pengumuman 3

Kepada Semua Mahasiswa yang Praktek PK KMB dimohon agar memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Sebagaimana disampaikan pada pengumuman sebelumnya agar mahasiswa sering melihat pengumuman di web ini karena banyak info yang dapat dikomunikasikan

2. Dimohon agar mahasiswa dapat berkomunikasi dengan pembimbing masing-masing sebagaimana terdapat pada jadwal bimbingan sehingga bimbingan dapat berlangsung efektif

3. Mahasiswa dimohon agar selalu membawa buku jurnal untuk pembimbing. Pengalaman salah seorang pembimbing sudah beberapa kali mahasiswa tidak membawa buku jurnal sehingga pembimbing tidak dapat menulis bimbingannya

Demikian pengumuman ini disampaikan agar dapat diperhatikan sebagaimana mestinya


Koordinator PK KMB
Jurusan Keperawatan
Poltekkes Malang
Baca Selengkapnya...

Sabtu, 13 November 2010

Workshop Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Hari jum’at sampai dengan sabtu tanggal 12 – 13 Nopember 2010, Poltekkes Malang kedatangan tamu dari Poltekkes Banjarmasin. Kedatangan tamu yang terdiri dari dosen-dosen jurusan keperawatan dimaksudkan untuk sharing informasi penyelenggaraan D IV KMB Khususnya perioperatif. Sebagaimana telah diketahui bahwa Poltekkes Malang sebagai institusi pendidikan diploma, selain menyelenggarakan program D III Keperawatan, sejak tahun 2006 juga telah menyelenggarakan program Pendidikan D IV Keperawatan. Salah satunya adalah D IV Keperawatan Perioperatif.

Bertempat di Hotel Permai Kota Batu, Acara diawali dengan sambutan dari ketua jurusan Ibu Tri Anjaswarni, SKp, M.Kep. Kemudian berturut-turut disampaikan beberapa materi yang diawali oleh Dr. Syaifulloh A., SpOT (K). Beliau menyampaikan materi yang berkaitan dengan “Profesionalisme Tenaga Kesehatan Bidang Perioperatif dan Manajemen Kamar Operasi”. Selanjutnya meteri disampaikan oleh pengelolah program D IV Keperawatan Perioperatif yang meliputi materi Peran dan Kompatensi Perawat Perioperatif, Kurikulum dan Struktur Program Studi D IV KMB, serta Pengelolaan Pembelajaran. Dua materi sisa disampaikan pada hari kedua yaitu Penelitian dan Kebijakan Program Studi D IV di Poltekkes Kemenkes Malang. Mengakhiri materi pada hari kedua, diadakan diskusi secara terbuka dari semua materi yang telah disampaikan untuk menentukan kemungkinan penyelenggaraan program D IV Keperawatan Operatif di Banjarmasin. Tidak lupa kesan dan saran sebelum acara ditutup.

Setelah acara selesai, Panitia penyelenggara menyempatkan mengajak seluruh peserta untuk melihat laboratorium Kamar Operasi yang dimiliki oleh Poltekkes Malang. Acara ini dilanjutkan dengan mengajak peserta untuk meninjau pusat-pusat industri kota Malang sekedar untuk menghilangkan kejenuhan setelah dua hari mengikuti Acara. Direncanakan hari Minggu, rombongan akan bertolak kembali ke Banjarmasin. Selamat Jalan Bapak/Ibu Dosen Poltekkes Banjarmasin. Semoga cita-citanya segera terwujud...
Baca Selengkapnya...

Kamis, 11 November 2010

Teori Otak Tengah Sudah Jelas Penipuan

Oleh : Prof. Sarlito Wirawan Sarwono*

Di suasana Lebaran ini mestinya saya menulis sesuatu tentang Lebaran,tepatnya tentang bermaaf-maafan, wabil-khusus tentang psikologi maaf. Namun,draf tulisan yang sedang saya siapkan terpaksa saya sisihkan dulu saking gemasnya mengamati perkembangan pseudo-science (ilmu semu)yang sangat membahayakan akhir-akhir ini tentang otak tengah(midbrain). Mudah-mudahan artikel ini bisa menjadi bahan bacaan alternatif yang menarik di tengah tengah banjirnya (lebih parah dari banjir Pakistan) artikel dan siaran tentang Idul Fitri di hari-hari seputar Lebaran ini.

Otak tengah adalah bagian terkecil dari otak yang berfungsi sebagai relay station untuk penglihatan dan pendengaran. Dia juga mengendalikan gerak bola mata. Bagian berpigmen gelapnya yang disebut red nucleus (inti merah) dan substantia nigra juga mengatur gerak motorik anggota tubuh. Karena itu kelainan atau gangguan di otak tengah bisa menyebabkan parkinson. Untuk keterangan lebih lanjut silakan berkonsultasi dengan dokter.

Namun, yang jelas, otak tengah tidak mengurusi inteligensi, emosi, apalagi aspek-aspek kepribadian lain seperti sikap, motivasi, dan minat. Para pakar ilmu syaraf(neuroscience) Richard Haier dari Universitas California dan Irvineserta Rex Jung dari Universitas New Mexico, Amerika Serikat, menemukan bahwa inteligensi atau kecerdasan yang sering dinyatakan dalam ukuran IQ tidak terpusat pada satu bagian tertentu dari otak, melainkan merupakan hasil interaksi antar beberapa bagian dari otak.

Makin bagus kinerja antar bagian- bagian otak itu, makin tinggi tingkat kecerdasan seseorang (teori parieto-frontal integration). Di sisi lain, pusat emosi terletak di bagian lain dari otak yang dinamakan amygdala, tak ada hubungannya dengan midbrain. Sementara itu aspek kepribadian lain seperti minat dan motivasi lebih merupakan aspek sosial (bukan neurologis) dari jiwa, yang lebih gampang diamati melalui perilaku seseorang ketimbang dicari pusatnya di otak.

Sampai dengan tahun 1980-an (bahkan sampai hari ini) masih banyak yang percaya bahwa keberhasilan seseorang sangat tergantung pada IQ-nya. Makin tinggi IQ seseorang akan makin besar kemungkinannya untuk berhasil. Itulah sebabnya banyak sekolah mempersyaratkan hasil tes IQ di atas 120 untuk bisa diterima di sekolah yang bersangkutan. Namun, sejak Howard Gardner menemukan teori tentang multiple intelligence (1983) dan Daniel Goleman memublikasikan temuannya tentang Emotional Intelligence (1995), maka para pakar dan awam pun tahu bahwa peran IQ pada keberhasilan seseorang hanya sekitar 20–30% saja.

Selebihnya tergantung pada faktor-faktor kepribadian lain seperti usaha, ketekunan, konsentrasi, dedikasi, kemampuan sosial. Walaupun begitu, beberapa bulan terakhir ini, marak sekali kampanye tentang pelatihan otak tengah.

Bahkan rekan saya psikolog psikolog muda ada yang bersemangat sekali mengampanyekan otak tengah sambil mengikutsertakan anak-anak mereka kepelatihan otak tengah yang biayanya mencapai Rp3,5 juta/anak (kalau dua anak sudah Rp 7 juta, kan) hanya untuk dua hari kursus.

Hasilnya adalah bahwa anak-anak itu dalam dua hari bisa menggambar warna dengan mata tertutup. Wah, bangganya bukan main para ortu itu. Mereka pikir setelah bisa menggambar dengan mata tertutup, anak-anak mereka langsung akan jadi cerdas, bisa konsentrasi di kelas, bersikap sopan santun kepada orang tua, bersemangat belajar tinggi, percaya diri, dan sebagainya seperti yang dijanjikan oleh kursus-kursus seperti ini.

Mungkin mereka mengira bahwa dengan menginvestasikan Rp3,5 juta untuk dua hari kursus, orang tua tidak usah lagi bersusah payah menyuruh anak mereka belajar (karena mereka akan termotivasi untuk belajar sendiri), tidak usah membayar guru les lagi (karena otomatis anak akan mengerti sendiri pelajarannya), dan yang terpenting anak pasti naik kelas, malah bisa masuk peringkat. Inilah yang saya maksud dengan “berbahaya” dari tren yang sedang berkembang pesat akhir-akhir ini.

Untuk orang tua yang berduit, uang sebesar Rp3,5 juta mungkin tidak ada artinya. Namun, kasihan anaknya jika ternyata dia tidak bisa memenuhi harapan orang tuanya. Selain bisa menggambar dengan mata tertutup (sebagian hanya berpura-pura bisa dengan mengintip lewat celah penutup mata dekat hidung), ternyata dia tidak bisa apa-apa.

Konsentrasi tetap payah, motivasi tetap rendah, dan emosi tetap meledak-ledak tak terkendali. Pasalnya memang tidak ada hubungannya antara otak tengah dengan faktor faktor kepribadian itu.

Namun, orangtua sepertinya tidak mau tahu. Dia sudah membayar Rp3,5 juta dan sudah mendengarkan ceramah Dr David Ting, pakar otak tengah dari Malaysia itu.

Kata Dr Ting, anak yang sudah ikut pelatihan otak tengah bukan hanya jadi makin pintar, tetapi jadi jenius. Karena itu nama perusahaannya juga Genius Mind Corporation. Malah bukan itu saja. Menurut Dr Ting, anak yang sudah terlatih otak tengahnya bisa melihat di balik dinding, bisa melihat apa yang akan terjadi (seperti almarhumah Mama Laurenz), bahkan bisa mengobati orang sakit. Ya, itulah yang dijanjikannya dalam iklan-iklan Youtube-nya di internet. Dan dampaknya bisa dahsyat sekali karena angka KDRT pada anak bisa langsung melompat naik gara-gara banyak anak dicubiti atau dipukuli pantatnya sampai babak-belur oleh mama-mama mereka sendiril antaran tidak bisa melihat di balik tembok, meramal atau mengobati orang sakit.***

Untuk menyiapkan tulisan ini, saya sengaja menelusuri nama David Ting di Google. Ternyata ada puluhan pakar di dunia yang bernama David Ting dan David Ting yang menganjurkan otak tengah ini ternyata bukan pakar ilmu syaraf, kedokteran, biologi, atau psikologi. Dia disebutkan sebagai pakar pendidikan dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syaraf (neuroscience).

Maka saya ragu akan ilmunya. Apalagi saya hanya mendapati beberapa versi Youtube yang diulang-ulang saja, beberapa tulisan kesaksian, dan cerita-cerita yang sulit diverifikasi kebenarannya. Saya pun lanjut dengan menelusuri jurnal-jurnal ilmiah online, siapa tahu tulisan-tulisan ilmiahnya sudah banyak, tetapi saya belum pernah membacanya. Namun hasilnya juga nol. Maka saya makin tidak percaya.

Saya yakin bahwa teori David Ting tentang otak tengah hanyalah pseudo-science atau ilmu semu karena seakan-akan ilmiah, tetapi tidak bisa diverifikasi secara ilmiah. Sama halnya dengan teori otak kanan-otak kiri yang juga ilmu semu atau astrologi atau palmistri (membaca nasib orang dengan melihat garis-garis telapak tangannya). Masalahnya, astrologi dan palmistri yang sudah kuno itu tidak merugikan siapa-siapa karena hanya dilakukan oleh yang mempercayainya atau sekadar iseng-iseng tanpa biaya dan tanpa beban apaapa. Kalau betul syukur, kalau salah yo wis.

Lain halnya dengan pelatihan otak tengah dan dulu pernah juga populer pelatihan otak kanak-otak kiri. Bahkan, saya pernah memergoki, di sebuah gedung pertemuan (kebetulan saya ke sana untuk keperluan lain), sebuah pelatihan diselenggarakan oleh sebuah instansi pemerintah yang judulnya “Meningkatkan Kecerdasan Salat”. Semuanya dijual sebagai pelatihan dengan biaya (istilah mereka“biaya investasi”) yang mahal. Ini sudah masuk ke masalah membohongi publik, sebab mana mungkin dengan satu pelatihan selama dua har iseorang anak bisa disulap menjadi jenius yang serbabisa, bahkan bisa melihat di balik dinding seperti Superman.

Lagipula, apa hubungannya antara menggambar dengan mata tertutup dengan jenius? Einstein, Colombus, Thomas Edison, Bill Gates, Barack Obama, dan masih banyak lagi adalah kaum jenius tingkat dunia, tetapi tak satu pun bisa menggambar dengan mata tertutup.

Teori otak tengah sudah jelas penipuan. Dengan berpikir atau bertanya sedikit, setiap orang bisa tahu bahwa ini adalah penipuan. Namun orang Indonesia itu malas bertanya dan ingin yang serba instan. Termasuk kaum terpelajar dan orang berduitnya. Jadi kita gampang sekali jadi sasaran penipuan. Inilah menurut saya yang paling memprihatinkan dari maraknya kasus otak tengah ini.

(*) Prof. SARLITO WIRAWAN SARWONO adalah Guru Besar Fakultas Psikologi UI

link: http://www.facebook.com/notes/elfarid-wong-alas/teori-otak-tengah-sudah-jelas-penipuan-prof-sarlito-wirawan-sarwono/449827895811
Baca Selengkapnya...

Rabu, 10 November 2010

Pengumuman 2

Kepada mahasiswa Prodi Lawang, pekan ini jadwal bimbingan pak Arief tukar dengan pak Marsaid Pak Arief ke RSSA Malang, sedangkan pak Marsaid ke RSUD Pasuruan. Kunjungan akan dilakukan besok. Mohon mahasiswa yang dinas di ruangan yang bersangkutan untuk mempersiapkan diri dan mohon konfirmasi untuk judul askepnya untuk di smskan ke pembimbing. (Arief B 085782614503, Marsaid 085234520745). Untuk yang dinas di RST (pembimbing Pak Gunawan) jangan lupa besok Ujian... Selamat Belajar Baca Selengkapnya...

Senin, 08 November 2010

Ambar Ari Sejati

Aswb.bapak format pengakajiannya dimana pak?? terima kasih..

Jawab:

Ini cara mengunduh form pengkajian KMB
1. Klik pengumuman
2. Klik Selamat Menjalankan PK KMB II
3. Klik kalimat ini "form Pengkajian KMB"
4. Anda akan masuk ke situs 4share, Klik Unduh Sekarang. Biasanya habis di klik Anda diminta menunggu beberapa detik.
5. Klik Unduh file sekarang, akan muncul kotak tawaran Opening Form Pengkajian KMB.DOC. Klik OK... Selesai. Baca Selengkapnya...

Ilil, Mahasiswa Prodi Lawang

1. Pak Arif ini Ilil. Mhs Lawang, Mau tanya Fraktur Intercondyler femur itu apa?, Jawab...

Fraktur intercondyler femur adalah patah tulang femur pada daerah antara epycondylus lateral dan medial. Epycondylus merupakan ujung tulang femur bawah yang letaknya dekat dengan sendi lutut. Ini Gambarnya :




Lebih jelasnya klik link berikut ini
Baca Selengkapnya...

Sabtu, 06 November 2010

Pengumuman 1

Kepada seluruh mahasiswa Poltekkes Malang yang sedang menjalani PKK KMB II diharapkan :

1. Sering mengupdate pengumuman berkaitan dengan PKK KMB II di web ini
http://medsurnursing.blogspot.com

2. Bertanya langsung kepada koordinator PKK KMB masing-masing prodi atau pembimbing institusi sesuai dengan jadwal bimbingan apabila ada persoalan-persoalan di lapangan

3. Berkaitan dengan jadwal praktek mahasiswa dimohon berpedoman pada jadwal praktek dari jurusan (buku panduan praktek umum warna hijau). Kalau ada perbedaan antara buku panduan praktek umum dengan panduan PKK KMB II, harap yang digunakan jadwal yang terdapat di buku panduan praktek umum.

4. Berkaitan dengan jadwal bimbingan, kemungkinan ada perubahan-perubahan nama pembimbing menyesuaikan dengan waktu pembimbing yang bersangkutan. Oleh karena itu dimohon mahasiswa sebisa mungkin menghubungi pembimbing masing-masing pada hari-hari awal sehingga dapat dipastikan jika ada perubahan.

Demikian pengumuman ini di buat agar praktek klinik dapat berjalan dengan lancar.

Terima kasih

ttd

PJ PKK KMB II Jurusan Keperawatan Poltekkes Malang
Baca Selengkapnya...

Jumat, 05 November 2010

Antara Misran dan Rabiah

Dalam satu sesi seminar keperawatan di Malang tentang "Peningkatan Profesionlisme Perawat" disampaikan oleh pembicara dari PPNI Pusat Ibu Dewi Irawati, MA, PhD tentang dua sosok perawat. Sosok pertama adalah Misran dan kedua adalah Rabiah yang dikenal dengan Suster Apung. Kedua-duanya adalah perawat. Kedua-duanya adalah anak bangsa yang telah mengabdikan diri selama bertahun-tahun di tempat terpencil dan sulit dijangkau. Namun apa yang terjadi dengan keduanya?

Misran adalah Seorang mantri desa sekaligus Kepala Puskesmas Pembantu di Kuala Samboja, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, dipidana 3 bulan penjara karena memberikan resep obat kepada masyarakat. Sedangkan Rabiah adalah pemenang kompetisi film dokumenter eagle awards karena dedikasinya sebagai seorang perawat yang memberikan layanan kesehatan di tempat terpencil. Sebagai perawat di daerah terpencil dipastikan keduanya melakukan praktek yang hampir sama. Namun seorang dipidana dan seorang mendapatkan penghargaan. (Kalau ingin lebih jauh mengetahui kedua kasus diatas silahkan browse di internet dengan tag misran atau suster apung. Sudah banyak berita atau artikel yang menulis tentang keduannya. Karena memang beritanya sudah lumayan lama).

Kedua contoh di atas memperlihatkan bagaimana profesi perawat masih belum eksis. Namun di sisi lain, dapat dikatakan bahwa pemerintah gagal menerapkan UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan dimana pelayanan dokter atau kefarmasian tidak dapat dipenuhi terutama di daerah-daerah terpencil. Seharusnya dengan adanya UU tersebut, kebutuhan tenaga dokter dan farmasi dipenuhi terutama di daerah-daerah terpencil sehingga tidak memungkinkan terjadi pelanggaran akibat dari kurangnya kedua tenaga tersebut.

Baca Selengkapnya...

Selasa, 02 November 2010

Asuhan Keperawatan Glukoma

Glukoma merupakan penyebab kebutaan kedua paling sering dinegara-negara industri. Menempati peringkat pertama penyebab kebutaan keturunan Amerika – Afrika. Insidennya sebesar 10% pada mereka yang melebihi 80 tahun (Ignatavicius, 1995). Menurut Margolis dan Schachat, 1998, diperkirakan sedikitnya 2 juta warga Amerika menderita glukoma.

Definisi

Glukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh tekanan bola mata yang meningkat, ekskavasi dan atropi papil saraf optik serta kerusakan lapang pandang yang khas (Radjamin, 1984)

Patofisiologi

Tekanan intra okuli dipertahankan melalui mekanisme keseimbangan produksi dan pembuangan akuos humor. Peningkatan tekanan intraokuli disebabkan karena adanya peningkatan produksi ataupun adanya hambatan pembuangan akuos humor. Tekanan intraokuli yang tinggi selanjutnya menekan aliran darah terhadap retina dan saraf optik sehingga menyebabkan iskemia dan mati. Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak ke arah fovea sentralis. Bila tidak ditangani segera glukoma berakhir dengan kebutaan (Ignatavicius, 1995).

Teori terbaru menjelaskan bahwa terjadinya kerusakan sel saraf pada retina disebabkan oleh karena tingginya asam amino glutamat yang ditemukan meningkat pada penderita glukoma. Zat ini berfungsi merangsang sel saraf mengirimkan sinyal ke otak. Pada kadar toksik zat tersebut menyebabkan overstimulasi sehingga menyebabkan kerusakan seluler.

Stadium Glukoma

Tanpa memandang penyebab kerusakannya, perubahan-perubahan pada glukosa berkembang yang dapat dilihat secara jelas melalui stadium-stadium sbb :

a. Kejadian awal (initiating events) Faktor presipitasi seperti adanya sudut yg sempit, stess emosional, penggunaan kortikosteroid yang lama atau medriatik

b. Perubahan struktur di dalam sistem pembuangan akuos humor (Structural alteration in the aqueos outflow sistem) Perubahan-perubahan jaringan dan kondisi-kondisiseperti perubahan-perubahan seluler yang disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran akuos humor

c. Perubahan fungsi (Fungtional alteration) Kondisi-kondisi spt TIO yang meningkat dan gangguan aliran darah

d. Kerusakan saraf optik (Optic nerve damage) Atropi saraf optik yang ditandai kehilangan serabut saraf dan suplai darah

e. Kehilangan penglihatan (visual loss)

Klasifikasi dan Etiologi Glukoma

Glukoma diklasifikasikan menjadi 3 golongan, yaitu glukoma primer, sekunder dan kongenital (Radjamin dkk, 1985). Glukoma Primer Klasifikasi golongan ini didasarkan gonioskopi. Penyebabnya tidak diketahui. Ada dua macam yaitu :
a. Glukoma sudut bilik mata depan tertutup disebut juga acute congestive glucoma.
b. Glukoma sudut bilik mata depan terbuka disebut juga dengan chronic simple glucoma.

Glukoma Sekunder adalah Glukoma yang disebabkan oleh penyakit lain dalam bola mata. Penggolongan ini didasarkan atas anatomi mata.
a. Karena kelainan lensa - luksasi - pembengkaan (intumesen) - fakolitik
b. Karena kelainan uvea - uveitis - tumor
c. Karena trauma - hifema - perforasi kornea dan prolap iris
d. Karena pembedahan - bilik mata yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan katarak e. lain-lain - rubeosis iris - Penggunaan kortikosteroid topikal berlebihan

Glukoma kongenital Disebut juga glukoma infantil.

Glukoma absolut Keadaan akhir suatu glukoma dimana kebutaan total telah terjadi dan bola mata sering terasa nyeri.

Penatalaksanaan Prinsip penatalaksanaan glukoma primer sudut tertutup meliputi :
1. Menurunkan TIO dengan segera

a. Hiperosmotik
tekanan osmose plasma meningkat sehingga menarik cairan dari dalam mata - Gliserin 1 – 1.5 ml/kgBB dalambentuk 50 % larutan diminum sekaligus - Bila sukar diminum karena mual/muntah, ganti dg pemberian manitol 1 – 2 gr/kgBB 20 % dalam infus dg kecepatan 60 tts/mnt. Bila TIO mencapai normal dosis ini tidak perlu dihabiskan

b. Acetazolamide
menekan akuos Langsung diberi 500 mg peroral dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam. Bila mual/muntah dapat diberikan secara IV dg dosis 500 mg

c. Beta adrenergik antagonis
menekan produksi akuos Timolol maleat 0,25 – 0,5 % tetes 2x/hari

2. Membuka sudut yang tertutup

a. Miotikum
iris tertarik dan menjauh dari tabekula sehingga sudut terbuka - pilokarpin 2 – 4 % tetes 3 – 6 jam, diberi bila sudah ada tanda-tanda penurunan TIO - tidak dianjurkan frekuensi pilokarpin yang banyak karena dapat menimbulkan krisis kolinergik

b. Acetazolamide
akuos dibilik mata belakang berkurang sehingga tekanan dibilik mata depan lebih tinggi daripada bilik mata belakang. Hal ini berakibat iris terdorong kebelakang sehingga sudut mata akan terbuka (bila belum ada perlengketan)

Memberi suportif dengan mengurangi nyeri, mual/muntah dan reaksi radang ; Pethidin untuk nyeri, antiemetik untuk muntah dan kortikosteroid topikal untuk reaksi radang

Mencegah sudut tertutup ulang Iridektomi perifer dilakukan untuk mencegah cetusan ulang yg menimbulkan blok pupil. Dengan adanya iridektomi akuos humor tetap bila mengalir meskipun terjadi blok pupil.

Mencegah sudut tertutup pada mata jiran (fellow eye) Karena adanya kesamaan anatomi, kemungkinan mata sebelah mengalami serangan glukoma cukup besar. Oleh karena itu saat serangan akut pada mata yang sakit, mata jiran diberi pilokarpin 2 % tiap 6 jam sambil disiapkan iridektomi perifer

Sedangkan untuk glukoma primer sudut terbuka adalah mencegah progresifitas papil dengan menurunkan TIO dengan cara : Pemakaian obat-obatan merupakan pilihan utama Obat-obat yg digunakan antara lain :
a. pilokarpin 1 – 2 % 4x/hr
b. Timolol maleat 0.24 – 0.5 % 2x/hr
c. Aetazolamide 3 x 250 mg
Bila TIO masih tinggi pilihan kedua adalah Aplikasi LASER pada jaring trabekula
Bila belum berhasil juga, maka dilakukan Bedah filtrasiPilihan terakhir adalah menghambat badan silier dengan Aplikasi krio atau LASER

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLUKOMA

Pengkajian Riwayat

Glukoma lebih banyak ditemukan pada usia di atas 40 tahun terutama untuk Glukoma sudut terbuka. - Pada Glukoma sudut tertutup didapatkan gejala-gejala nyeri hebat yang mendadak pada mata dan sekitarnya. Mata sangat kabur dan melihat warna seperti pelangi (halo) disekitar lampu. Mual, muntah, berkeringat. - Pada Glukoma sudut terbuka terdapat riwayat bayangan gelap pada lapang pandang sehingga keaktifan sehari-hari mulai tergannggu. Berjalan lebih hati-hati karena sering tersenggol. Tidak ada keluhan nyeri mata dan gangguan tajam penglihatan. - Pada glukoma sekunde klien sering mengeluh nyeri dan tanda-tanda spesifik lain, tergantung penyebab dari penyakit mata. - Faktor Predisposisi al : · Penyakit keturunan · Diabetes · Hipertensi · Miopia berat · Ablasio retina · Oklusi vena retina sentral Glukoma sekunder berhubungan dengan : · trauma · riwayat penyakit okuler : iritis, gangguan neovaskuler, tumor. Penyakit degeneratif

Pemeriksaan fisik

Manifestasi klinik : Pada Glukoma sudut tertutup didapatkan Visus sangat menurun, mata merah, hiperemi konjungtiva dan silier. Dengan lampu senter yang terang akan tampak COA dangkal, pupil lebar lonjong dan tidak ada reflek terhadap cahaya, dengan tonometer Schiotz TIO sangat tinggi (hingga 45 – 75 mmHg). Dengan gonioskopi terlihat sudut mata tertutup. Pada Glukoma sudut terbuka didapatkan visus sentral baik (kecuali stadium lanjut). Tidak ada hiperemi konjungtiva dan silier. Kornea jernih, COA dalam, pupil normal. Dengan pemeriksaan funduskopi dijumpai penggaungan pada pupil (dinyatakan dengan C/D ratio). Pada pemeriksaan tonometri TIO 21 mmHg, Lapang pandang pada stadium dini dijumpai skotoma daerah superior, sedangkan stadium lanjut skotoma luas, lapang pandang sempit. Dengan pemeriksaan gonioskopi tampak sudut bilik mata depan terbuka.

Analisa Data

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus glukoma adalah :
1. Nyeri s.d. peningkatan TIO
2. Gangguan persepsi sensori (visual) s.d. edema kornea, penurunan tajam penglihatan, kerusakan saraf optik
3. Resiko tinggi injuri s.d penyempitan luas lapang pandang
4. Resiko terjadinya kebutaan s.d. kerusakan saraf optik sekunder terhadap peningkatan TIO
5. Takut/cemas s.d. tindakan operasi
6. Defisit perawatan diri s.d. penurunan visus
7. Defisit pengetahuan s.d. kurangnya informasi

Intervensi dan Implementasi

Berikut ini 2 contoh rencana keperawatan pada pasien katarak`.
1. Diagnosa : Nyeri s.d. peningkatan TIO

Tujuan : Klien akan menunjukkan nyeri berkurang Kriteria keberhasilan : - Klien mampu mengidentifikasi sumber-sumber nyeri - Klien mampu mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan dan menurunkan nyeri - Klien akan menyatakan penurunan nyeri yang progresif dan nyeri hilang setelah intervensi - Klien mendemonstrasikan berkurangnya ketidaknyamanan mata, klien tidak merintih, ekspresi wajah rileks - Klien menunjukkan penurunan TIO - Klien menunjukkan periode tidur yang tidak terganggu

Tindakan keperawatan :
1. Kaji jenis, intensitas dan lokasi nyeri, waspadai peningkatan TIO
2. Lakukan tindakan penghilang nyeri non invasif dan non farmakologis - Posisikan kepala 30 derajat - Latihan relaksasi - Ajari tehnik distraksi
3. Monitor tanda-tanda nyeri, ekspresi wajah, perubahan pola tidur
4. Hindarkan pasien dari ruang yang gelap
5. Kelolah obat-obatan sesuai resep dokter a.l. : - Gliserin, manitol untuk meningkatkan pembuangan akuos humor - Acetazolamid untuk menghambat produksi akuos humor - Beta adrenergik antagonis untuk menghambat produksi akuos humor - Miotik membuka sudut bilik mata depan - Pethidin untuk mengurangi nyeri

2. Diagnosa : Resiko tinggi cidera s.d penyempitan luas lapang pandang

Tujuan : klien akan dapat menghindari sidera Kreteria keberhasilan : - Klien mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan cidera - Klien akan mengungkapkan suatu keinginan untuk melakukan tindakan pengamanan sehingga mencegah cidera

Tindakan keperawatan :
1. Kaji lapang pandang kedua mata klien
2. Lakukan modifikasi lingkungan untuk memindahkan semua bahaya - Singkirkan rintangan dari tempat lalu lalang
3. Latakkan benda-benda termasuk bel pemanggil dimana klien dapat menjangkaunya
4. Letakkan alat bantu ambulasi dimana klien dapat melihat dan menjangkaunya dengan mudah

Evaluasi

Perkembangan pasien dg Konjungtivitis Go dievaluasi sesuai dg kriteria dan standar yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan. __________

Referensi :
Ignatavicius, Donna D., Workman, M. Linda, Mishler, Mary A., Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach, WB Saunder Company, Philadelphia, Pensylvania, 1995

Radjamin, Tamin, Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, Universitas Airlangga Press, Surabaya, 1984

Suetzer, Suzanne C. et all, Text Book of Medical – Surgical Nursing, 1998

Aminoe dkk, 1994, Pedoman Diagnosis dan terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit Mata, RS UD Dr. Soetomo, Surabaya
Baca Selengkapnya...