Jumat, 25 Maret 2011

Asuhan Keperawatan Osteoporosis


Osteoporosis adalah penyakit metabolik yang berhubungan dengan usia, dimana terjadi demineralisasi tulang akibat dari penurunan densitas yang dapat berakibat terjadinya fraktur. Daerah yang sering terkena meliputi pergelangan tangan, daerah paha, dan tulang belakang.

Penyebab pasti dari osteoporosis tidak diketahui. Namun sejumlah faktor resiko telah diidentifikasi, antara lain wanita postmenopause, penuaaan, faktor makanan (diet kurang kalsium dan vitamin D,Defisiensi protein, komsumsi rokok dan alkohol serta faktor herediter.

Osteoporosis diklasifikasi menjadi Osteoporosis Primer dan sekunder. Osteoporosis Primer paling sering dan tidak berhubungan dengan kondisi patologi yang mendasari sedangkan Osteoporosis Sekunder terjadi akibat dari kondisi medik seperti hipertiroidisme, terapi kortikosteroid jangka panjang. Osteoporosis primer masih dibagi lagi menjadi Tipe 1 (post menopause) dimana tipe ini terjadi pada wanita usia 55 – 65 tahun, dan sering mengakibatkan fraktur vertebra atau pergelangan tangan. Tipe ke-2 (senile), terjadi pada orang di atas usia 65 tahun, dan sering mengakibatkan fraktur vertebra dan femur.

Patofisiologi terjadinya osteoporosis karena proses degeneratif (penuaan/post menopause) terjadi disebabkan karena pada usia lanjut terjadi penurunan kalsitonin, hormon estrogen dan hormon paratiroid. Penurunan kalsitonin menyebabkan hambatan resorpsi tulang menurun sehingga rangsang pembentukan tulang juga menurun. penurunan hormon estrogen mengakibatkan pemecahan tulang meningkat. Penurunan hormon paratiroid mengakibatkan resorpsi tulang meningkat. Ketiga hal di atas menyebabkan masa tulang menjadi turun.

Proses Keperawatan pada klein osteoporosis

Pengkajian

Riwayat
Perawat perlu mengkaji usia, jenis kelamin dan ras, karena gangguan sering terjadi pada usia pertengahan dan usia lanjut, kaukasia, wanita menopause, tipe tubuh, karena tubuh kurus lebih rentan. Tanyakan juga paparan sinar matahari, konsumsi rokok, alkohol dan kafein.
Dapatkan juga riwayat diet terutama untuk mendapatkan keterangan intake Kalsium dan vitamin D. Tanyakan juga aktivitas rutin klien.
Kaji kondisi kesehatan saat ini yang mungkin menyebabkan perkembangan osteoporosis, kalau tidak mungkin dapatkan catatan medis sebelumnya. Perlu ditanyakan pengobatan sebelumnya dan saat ini untuk mengetahui apakah klien dalam penanganan osteoporosis.
Akhirnya dapatkan riwayat keluarga. Karena klien sering masuk dengan fraktur, dapatkan informasi riwayat jatuh.

Pengkajian Fisik / Manifestasi Klinik

Lakukan pengkajian awal sistem muskuloskeletal dengan inspeksi dan palpasi kolumna vertebra biasanya di dapatkan “dowager’s hump” atau kifosis pada tulang belakang, klien mengaku lebih pendek 5 – 7 cm selama kurun 20 tahun. Menyertai deformitas tulang adalah adanya keluhan nyeri punggung yang sering terjadi setelah mengangkat atau membungkuk. Nyeri mungkin dirasa tajam dan akut pada awalnya dan bertambah buruk saat beraktivitas serta hilang jika beristirahat. Palpasi pada vertebra thorakal bawah dan lumbar biasanya nyeri.
Nyeri punggung yang disertai restriksi pergerakan spina mengarah pada fraktur kompresi. Hal tersebut dapat menyebabkan konstipasi, distensi abdomen dan masalah pernafasan. Area fraktur yang sering adalah T-8 dan L-3. Penting juga melihat bagian distal akhir dari tulang radius atau sepertiga atas femur karena sering terjadi fraktur.

Pengkajian psikososial

Kaji konsep diri klien, khususnya yang mengalami kifosis berat, klien mungkin kesulitan mengenakan pakaian yang cocok. Perubahan dalam seksualitas mungkin terjadi akibat harga diri yang menurun atau karena posisi yang tidak nyaman selama berhubungan.
Ancaman terjadinya fraktur mengakibatkan klien merasa cemas, takut dan pembatasan aktivitas fisik serta sosialnya.

Pengkajian laboratorium

Tidak ada pemeriksaan yang definitif untuk mendiagnosis osteoporosis. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengatasi osteoporosis sekunder atau penyakit tulang metabolik lainya seperti osteomalasia, paget’s desease adalah kadar serum kalsium, vit. D, fosfor, alkalin fosfat juga dikaji kalsium urine, protein serum dan pemeriksaan fungsi thiroid untuk mengesampingkan adanya hiperthiroid.

Pengkajian Radiografi

Sinar X dari tulang belakang dan tulang-tulang panjang menunjukkan kehilangan densitas tulang dan adanya fraktur, tetapi kehilangan densitas tulang baru kelihatan setelah 25 – 40 % masa tulang.
Pemeriksaan CT (computed tomography) diperlukan untuk mendeteksi perubahan awal dan utamanya pada tulang belakang.

Pengkajian diagnostik lain

MRI (magnetic resonance imaging) kadang digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan densitas tulang, terutama pada tulang belakang.
Alat diagnostik terbaru untuk mendeteksi densitas tulang tanpa radiografi telah dikembangkan 1 dekade yang lalu khususnya di USA yaitu Photon Absorptiometry densitometer) dan Neutron Activation Analysis.

Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan osteoporosis adalah sbb :
  1. Resiko tinggi terhadap cidera s.d. kecelakaan atau jatuh
  2. Kerusakan mobilitas fisik s.d. penurunan tonus otot, disfungsi/ nyeri sekunder terhadap fraktur sebelumnya.
  3. Nyeri s.d. deformitas dan pembengkaan s.d. fraktur

Diagnosa tambahan yang mungkin muncul pada penderita osteoporosis antara lain:
  1. Intoleransi aktivitas s.d. nyeri dan kerusakan mobilitas fisik
  2. Cemas s.d. takut fraktur
  3. Konstipasi kolon s.d. kifosis
  4. Pola nafas tidak efektif s.d. deformitas tulang belakang
  5. Koping individu tidak efektif s.d. perubahan body image dan perkembangan penyakit kronik
  6. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh s.d. intake kalsium tidak adekuat
  7. Gangguan body image s.d. deformitas tulang belakang
  8. Disfungsi seksual s.d. nyeri punggung dan deformitas
  9. Isolasi sosial s.d. nyeri punggung, deformitas tulang belakang, dan takut terjatuh

Intervensi dan Implementasi

Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap cidera s.d. kecelakaan atau jatuh
Tujuan : Klien tidak akan mengalami jatuh dan fraktur

Intervensi keperawatan :

Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya: usahakan klien bangun dari tempat tidur dari posisi yang lebih rendah, Ajari klien mengenakan sandal anti licin, Inspeksi lantai dan ruangan terhadap alat-alat yang bisa menyebabkan tersandung atau terhalang, Sediakan pencahayaan tambahan untuk pasien lansia, Tempatkan hal-hal yang penting dekat dengan TT klien sehingga mudah dijangkau, Ajari pentingnya dan penggunaan susuran tangan di kamar mandi

Sediakan bantuan berjalan jika perlu: Kaji kebutuhan tongkat atau walker, Kolaborasi dengan terapist fisik, Ajari klien meminta bantuan

Saat membantu aktivitas harian, cegah klien menabrak tangga, daun pintu dan seterusnya

Ajari klien berhenti secara pelan-pelan, ajari klien tidak mengangkat atau memindahkan obyek berat seperti furtinur RS

Monitor efek samping obat yang mungkin berhubungan dengan kondisi medis
Ajari pentingnya diet untuk mencegah osteoporosis: kolaborasi ahli gizi untuk pemberian diet, Ajari klien makanan yang tinggi kalsium, Ajari klien menurunkan intake kafein dan alkohol

Ajari klien pengaruh merokok pada remodeling tulang

Diagnosa Keperawatan : Kerusakan mobilitas fisik s.d. penurunan tonus otot, disfungsi/ nyeri sekunder terhadap fraktur sebelumnya.
Tujuan : Klien akan dapat meningkatkan mobilitas ketingkat ketidak tergantungan

Intervensi keperawatan :
Konsultasikan dengan terapis fisik program terapi (Strengthening and weight-bearing exercises): Bantu klien saat latihan jika perlu, Ajari klien bahwa ADL tidak dapat mengganti latihan yang dianjurkan, Ajari klien pentingnya latihan

Bantu klien melakukan ADL jika perlu biarkan klien independen jika mungkin

Kaji kebutuhan alat-alat bantu dan adaptif untuk melakukan ADL, konsultasikan dengan terapist okupasi untuk mendapatkan alat yang sesuai

Diagnosa Keperawatan : Nyeri s.d. deformitas dan pembengkaan s.d. fraktur
Tujuan : Klien akan dapat mengurangi nyeri sehingga dapat independen dalam perawatan

Intervensi keperawatan :

Kaji kebutuhan medikasi nyeri narkotik atau nonnarkotik, analgesik, relaksan otot, atau obat anti inflamasi

Pertahankan alat-alat ortostatik untuk fraktur vertebra : Periksa bahwa korset terpasang secara baik, Kaji kulit dimana alat menyebabkan tekanan, Gunakan alat bila klien turun dari TT

Gunakan kompres hangat di punggung untuk mengurangi nyeri

Baca Selengkapnya...

Rabu, 16 Maret 2011

Asuhan Keperawatan Nyeri Pinggang

Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah. Keterbatasan akibat masalah ini cukup berat. Secara ekonomis, penderita kehilangan produktivitasnya, mencapai milyaran rupiah. Jumlah kunjungan ke dokter menempati urutan ke dua setelah masalah pernafasan.

Penyebab nyeri punggung yang berhubungan dengan sistem muskuloskeletal antara lain Regangan lumbosakral akut, Ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot, Osteoartritis tulang belakang, Masalah diskus intervertebralis, Ketidaksamaan panjang tungkai, Pada orang lansia bisa disebabkan oleh fraktur osteoporosis atau metastase tulang.

Pengkajian

Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung akut atau kronis dan kelemahan. Kaji awal, lokasi nyeri, sifat nyeri, dan penyebarannya (konsep PQRST). Nyeri masalah muskuloskeletal biasanya bertambah dengan aktivitas.
Evaluasi cara berjalan klien, mobilitas tulang belakang, panjang tungkai, kekuatan motoris, dan persepsi sensoris. Peninggian tungkai dalam keadaan lurus yang mengakibatkan nyeri manandakan iritasi serabut saraf.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan spasme otot paravertebralis dan nyeri tekan pada otot paraspinal, disertai hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal dan mungkin ada deformitas tulang belakang. Adanya nyeri punggung akan menyebabkan keterbatasan gerak yang pada gilirannya menyebabkan gangguan dalam aktivitas klien. Bila pasien dalam keadaan telungkup, otot paraspinal akan relaksasi, dan deformitas tulang yang diakibatkan oleh spasme akan menghilang.
Kaji adanya kecemasan dan stress, karena nyeri punggung bisa merupakan manifestasi depresi atau reaksi terhadap stressor lingkungan dan kehidupan. Kaji juga adanya obesitas karena dapat menyebabkan nyeri punggung bawah.

Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama klien meliputi :
Nyeri yang berhubunagn dengan masalah muskuloskeletal
Kerusakan mobilitas fisik s.d. nyeri, spasme oto dan berkurangnya kelenturan
Kurang pengetahuan
Perubahan kinerja peran s.d. gangguan mobilitas atau nyeri kronik
Gangguan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh s.d obesitas

Kriteria Keberhasilan

Hilangnya nyeri
Perbaikan mobilitas fisik
Penggunaan tehnik mekanika tubuh melindungi tubuh
Perbaikan kinerja psien
Penurunan BB

Intervensi Keperawatan:

Meredakan nyeri:
Dorong klien mematuhi tirah baringdan mengubah posisi yang ditentukan untuk memperbaiki fleksi lumbal
Ajari klien mengontrol dan menyesuaikan nyeri yang dirasakan melalui terapi tingkah laku untuk mengurangi ketegangan otot dan psikologis, spt pernafasan diafragma, relaksasi, mengalihkan perhatian klien pada aktivitas lain (mis. Membaca, bercakap-cakap, menonton TV), imajinasi terbimbing.
Masase jaringan lunak dengan lembut untuk mengurangi spasme otot, memperbaiki peredaran darah, mengurangi pembendungan dan nyeri
Berikan obat-oabt analgetik, kaji respon klien setiap pemberian obat-obatan.
Rujuk kepada fisioterapis untuk terapi TENS. Secara umum alat ini digunakan selama 1-2 bulan.

Memperbaiki mobilitas Fisik
Pantau mobilitas fisik klien, kaji bagaimana klien bergerak dan berdiri
Bantu klien melakukan perubahan posisi dengan perlahan
Ajari klien turun dari tempat tidurpada posisi yang menimbulkan nyeri minimal.
Hindarkan terjadinya gerakan memutar dan melenggok.
Dorong pasien untuk berganti-ganti aktivitas berbaring, duduk, berdiri dan berjalan dan sebaliknya dalam waktu yang lama
Rencanakan periode istirahat berbaring di TT beberapa kli sehari untuk meminimalkan stress pada punggung
Dorong klien mematuhi program latihan sesuai dengan yang telah ditentukan (dua kali sehari). Tingkatkan secara bertahap
Berikan kesempatan klien untuk melakukan aktivitas rekreasi untuk mengganti latihan khusus tetapi jangan sampai menyebabkan tegangan, puntiran atau ketidaknyamanan punggung.

Meningkatkan mekanika tubuh yang tepat
Ajari klien berdiri, duduk, berbaring dan mengangkat barang dengan benar
Hindarkan klien mengenakan sepatu bertumit tinggi
Hindarkan klien berdiri yang terlalu lama, beritahu klien agar menjaga postur tubuh yang benar saat berdiri untuk menghindari lordosis lumbal
Ajari klien berjongkok dengan benar, lutut dan pinggul harus menekuk da lutut harus sama atau lebih tinggi dari pinggul untuk meminimalkan lordosis
Tidurkan klien dalam posisi miringdengan lutut dan pinggul ditekuk atau telentang dengan lutut dan pinggul ditekuk, atau telentang dg lutut disangga dalam dalam posisi fleksi. Hindarkan tidur telentang
Instruksikan klien cara mengangkat benda yang benar, yaitu menggunakan otot kuadrisep yang kuat dan otot punggung yang minimal.
Anjurkan klien menggunakan korset bila perlu saat mengangkat
Hindarkan klien mengangkat barang 1/3 berat badannya tanpa bantuan

Memperbaiki kinerja peran
Peran klien berubah sejak awitan terjadinya nyeri punggung. Bantu klien menghadapi stressor spesifik dan belajar bagaimana mengatasi stress. Sekali pasien berhasil akan mengambangkan percaya diri dalam kemampuannya mengatasi situasi stress yang lain.
Bantu klien dan keluarga terhadap pemahaman ketergantungan, bantu klien mengidentifikasi terjadinya ketergantungan
Bantu klien untuk kembali ke kehidupan produktif penuh

Mengubah nurisi untuk penurunan BB
Prinsipnya : diet sehingga BB menurun karena obesitas dapat menyebabkan ketegangan punggung.

Baca Selengkapnya...

Rabu, 16 Februari 2011

Jadwal Bimbingan dan Ujian PPGD

Bagi mahasiswa yang praktek PPGD atau dosen KMB yang kebetulan juga membimbing praktek PPGD, Silahkan di unduh Jadwal bimbingan PK PPGD ini.

Diberitahukan juga bahwa ujian PPGD menggunakan ruangan di luar IRD RSSA Malang. Untuk lebih jelasnya hubungi koordinator PPGD masing-masing prodi. Baca Selengkapnya...

Minggu, 13 Februari 2011

Jadwal Bimbingan PK KMB IV

Selamat bagi para mahasiswa yang telah melaksanakan PK KMB II dan sekarang memasuki PK KMB IV. Berikut kami sampaikan jadwal bimbingan PK KMB IV Mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang tahun akademik 2010/2011. Silahkan di unduh pada link ini.

Catatan:
Daerah arsiran : Jadwal ujian, dilakukan setiap minggu ke-3. Kecuali di prodi Blitar terdapat beberapa ujian yang dijadwalkan pada minggu ke-2 dan ke-4, menyesuaikan RS yang terdekat dengan kampus.
Ujian di RSSA dilakukan tiap hari kamis
Mohon kepada CI institusi segera berkoordinasi dengan CI ruangan pada minggu-minggu ujian
Baca Selengkapnya...

Senin, 24 Januari 2011

Lowongan Pekerjaan Politeknik Perkapalan

Bagi Alumni Poltekkes Malang ada info lowongan pekerjaan,

Dibutuhkan pegawai dengan kualifikasi pendidikan D3 Keperawatan

Persyaratan:

  • Surat lamaran, CV, FC IJazah & transkrip yang telah dilegalisir sebanyak 1 lembar serta pas photo ukuran 4x6 sebanyak 2 lembar
  • Diutamakan laki-laki
  • Usia max 30 tahun

Lamaran ditujukan kepada:
Direktur Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Kampus Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Jl. Teknik Kimia Kampus ITS Sukolilo Surabaya

Paling lambat lamaran diterima tanggal 31 Januari 2011

Semoga Beruntung!..
Baca Selengkapnya...

Pengumuman 9

Kepada seluruh mahasiswa Jurusan Keperawatan yang telah menyelesaikan praktek KMB II dimohon untuk segera mengumpulkan buku penilaian dan semua laporan termasuk askep Ujian(terdiri dari 4 sistem) ke masing-masing prodi.

  • Prodi Malang : Bpk. Rudi Hamarno, Ns, M.Kep
  • Prodi Lawang : Bpk. Arief Bachtiar, Ns, M.Kep
  • Prodi Blitar : Bpk. Tri Cahyo S, Ns, M.Kep, Sp.MB
Bagi mahasiswa yang tidak mencapai kompetensi sistem pada semester ini, tetap diwajibkan mengambil pada semester berikutnya. Sedangkan Askep yang sudah diambil pada semester ganjil akan dimasukkan ke semester genap apabila sesuai dengan sistem yang harus dicapai.

Demikian pemberitahuan ini, atas perhatiannya disampaikan terima kasih

Koordinator PK KMB II
Baca Selengkapnya...